Delapan belas
Tulisan ini pengin dipost tanggal 23. Tapi karena ada something wrong *yhaaa jadi hari ini di publikasikannya.
Setiap bertambah umur, gue selalu bertanya ke diri gue, "udah ngapain aja hidup sekian tahun?" Dan jawabannya membingungkan gue sendiri. Yang pada intinya belum ngapa-ngapain khususnya buat masyarakat. Kadang gua masih mengedepankan urusan pribadi dan kemauan diri padahal gue hidup untuk saling berbagi. Diumur 17 kemarin hidup gue terasa beda dari umur-umur sebelumnya. gue gak kayak remaja yang lain; yang merayakan ulang tahun (sweet seventeen) atau sweet-sweet yang lain, Mama gue pernah menawarkan ulang tahun gue dirayakan (enggak dirayain sih, cuma acara kecil-kecilan) tapi gue nolak karena ulang tahun bukan ajang buat seneng-seneng tapi ajang untuk ngoreksi diri. Papa gue juga melarang kalo ngerayain ulang tahun, karena islam gak mengajarkan kayak gitu alasannya.
Menjadi orang dewasa itu melelahkan
Kalimat diatas gue ambil dari lirik lagu ya btw, tapi iya juga, lelah jadi orang dewasa. Gue tadi bilang kalo diumur 17tahun beda dari umur-umur sebelumnya. Yaa, gue harus mengubah mindset gue yang keanak-anakan ini menjadi pola pikir yang lebih dewasa. Diumur 17 gue dikejutkan dengan beberapa kali ditolak di Perguruan Tinggi Negeri, putus karena dikhianatin, terbengkalai dengan ujian segala macem karena tugas akhir di smk yang edan. sebelumnya gue gak pernah jadi orang seruwet ini. Gue orang yang sangat cuek sama apapun yang gak gue suka--jadinya semua urusan terbengkalai kan. Gue dulu di smk cuma mau belajar pelajaran yang gue suka, yang gak gue suka biasanya gue melarikan diri dengan cara tidur atau ngobrol sama temen dimeja belakang kelas.
Diumur ini juga merupakan umur gue yang merepotkan orang tua. Waktu habis puasa kan lebaran tuh, temen-temen gue udah mempersiapkan diri untuk masuk kuliah; beli peralatan buat ospek, daftar ulang dll. Sedangkan gue masih luntang-lantung dirumah, nonton tv, menatap layar laptop, tiduran dan siklusnya begitu-gitu aja.
Orang tua gue pusinggggggg banget kelihatannya. Karena gue statusnya belum jelas, mahasiswa bukan pekerja pun bukan. Gue pun mendapat tawaran menjadi pramugari di Garuda atau menjadi TNI AL. Keduanya bukan impian gue, sekalipun banyak sekali yang bilang gue bodoh karena menolak kesempatan emas tersebut. (Btw cerita ini gue pernah bahas di blog yang berjudul menjadi egois).
Diumur 18 ini gue harus mengubah pola pikir tersebut 180derajat, gue harus jadi orang yang realistis. Karena hidup gue bukan hanya tentang yang gue suka, yang gue gak suka juga banyak jadi jalanin aja haha.
Katanya, 18 tahun adalah masa peralihan dari remaja ke dewasa. (Katanya)
Sebenernya tua itu pasti, dewasa itu pilihan. Pengalaman pahit yang membawa gue ke tirai kedewasaan, meskipun gue belum pantas dibilang dewasa karena gue masih memandang kehidupan menggunakan perspektif anak-anak. Semakin kesini gue semakin gak mau ribet (karena emang anaknya gak suka yang ribet-ribet) pemikiran gue jadi lebih realistis.
contoh kayak dulu gue memandang standard beauty waktu smk gue mau banget punya badan yg bagus karena dulu waktu gua smk badan gue gede bgt, tulang pipi gue gede, rambut gue kayak ijuk, kulit gue hitam. Lambat laun pandangan gue terhadap itu seakan hilang karena capek sendiri berada dipemikiran yang sangat bocah. Kenapa badan gue gede? Ya karena udah gen nya gede, tulang pipi gue gede ya udah dikasih dari Allah kaya gitu, rambut gue kayak ijuk toh gue pakai kerudung, kulit gue dulu hitam yaudah namanya juga kena sinar matahari.
Intinya, gue hidup udah dikasih ruh dan bisa bernapas aja udah syukur, tubuh masih lengkap dan berfungsi dengan baik juga alhamdulillah. Buat apa lagi nuntut ini itu padahal kita mah tugasnya cuma doa, usaha, bersyukur. Kenapa banyak nuntut? Hahaha, dasar manusia gak pernah puas. Semoga gue dan kalian yang baca ini bisa menjadi manusia yang pola pikirnya dewasa dan menjalani hari dengan banyak bersyukur~
Sumber foto: novel Rentang Kisah Gitasav
Setiap bertambah umur, gue selalu bertanya ke diri gue, "udah ngapain aja hidup sekian tahun?" Dan jawabannya membingungkan gue sendiri. Yang pada intinya belum ngapa-ngapain khususnya buat masyarakat. Kadang gua masih mengedepankan urusan pribadi dan kemauan diri padahal gue hidup untuk saling berbagi. Diumur 17 kemarin hidup gue terasa beda dari umur-umur sebelumnya. gue gak kayak remaja yang lain; yang merayakan ulang tahun (sweet seventeen) atau sweet-sweet yang lain, Mama gue pernah menawarkan ulang tahun gue dirayakan (enggak dirayain sih, cuma acara kecil-kecilan) tapi gue nolak karena ulang tahun bukan ajang buat seneng-seneng tapi ajang untuk ngoreksi diri. Papa gue juga melarang kalo ngerayain ulang tahun, karena islam gak mengajarkan kayak gitu alasannya.
Menjadi orang dewasa itu melelahkan
Kalimat diatas gue ambil dari lirik lagu ya btw, tapi iya juga, lelah jadi orang dewasa. Gue tadi bilang kalo diumur 17tahun beda dari umur-umur sebelumnya. Yaa, gue harus mengubah mindset gue yang keanak-anakan ini menjadi pola pikir yang lebih dewasa. Diumur 17 gue dikejutkan dengan beberapa kali ditolak di Perguruan Tinggi Negeri, putus karena dikhianatin, terbengkalai dengan ujian segala macem karena tugas akhir di smk yang edan. sebelumnya gue gak pernah jadi orang seruwet ini. Gue orang yang sangat cuek sama apapun yang gak gue suka--jadinya semua urusan terbengkalai kan. Gue dulu di smk cuma mau belajar pelajaran yang gue suka, yang gak gue suka biasanya gue melarikan diri dengan cara tidur atau ngobrol sama temen dimeja belakang kelas.
Diumur ini juga merupakan umur gue yang merepotkan orang tua. Waktu habis puasa kan lebaran tuh, temen-temen gue udah mempersiapkan diri untuk masuk kuliah; beli peralatan buat ospek, daftar ulang dll. Sedangkan gue masih luntang-lantung dirumah, nonton tv, menatap layar laptop, tiduran dan siklusnya begitu-gitu aja.
Orang tua gue pusinggggggg banget kelihatannya. Karena gue statusnya belum jelas, mahasiswa bukan pekerja pun bukan. Gue pun mendapat tawaran menjadi pramugari di Garuda atau menjadi TNI AL. Keduanya bukan impian gue, sekalipun banyak sekali yang bilang gue bodoh karena menolak kesempatan emas tersebut. (Btw cerita ini gue pernah bahas di blog yang berjudul menjadi egois).
Diumur 18 ini gue harus mengubah pola pikir tersebut 180derajat, gue harus jadi orang yang realistis. Karena hidup gue bukan hanya tentang yang gue suka, yang gue gak suka juga banyak jadi jalanin aja haha.
Katanya, 18 tahun adalah masa peralihan dari remaja ke dewasa. (Katanya)
Sebenernya tua itu pasti, dewasa itu pilihan. Pengalaman pahit yang membawa gue ke tirai kedewasaan, meskipun gue belum pantas dibilang dewasa karena gue masih memandang kehidupan menggunakan perspektif anak-anak. Semakin kesini gue semakin gak mau ribet (karena emang anaknya gak suka yang ribet-ribet) pemikiran gue jadi lebih realistis.
contoh kayak dulu gue memandang standard beauty waktu smk gue mau banget punya badan yg bagus karena dulu waktu gua smk badan gue gede bgt, tulang pipi gue gede, rambut gue kayak ijuk, kulit gue hitam. Lambat laun pandangan gue terhadap itu seakan hilang karena capek sendiri berada dipemikiran yang sangat bocah. Kenapa badan gue gede? Ya karena udah gen nya gede, tulang pipi gue gede ya udah dikasih dari Allah kaya gitu, rambut gue kayak ijuk toh gue pakai kerudung, kulit gue dulu hitam yaudah namanya juga kena sinar matahari.
Intinya, gue hidup udah dikasih ruh dan bisa bernapas aja udah syukur, tubuh masih lengkap dan berfungsi dengan baik juga alhamdulillah. Buat apa lagi nuntut ini itu padahal kita mah tugasnya cuma doa, usaha, bersyukur. Kenapa banyak nuntut? Hahaha, dasar manusia gak pernah puas. Semoga gue dan kalian yang baca ini bisa menjadi manusia yang pola pikirnya dewasa dan menjalani hari dengan banyak bersyukur~
Sumber foto: novel Rentang Kisah Gitasav
Comments
Post a Comment